Hubungan Kerajaan Luwu dan Kerajaan Majapahit

 

Hubungan Antara Kerajaan Luwu dan Kerajaan Majapahit

Dalam bukunya yang berjudul “Kedatuan Luwu“, Arkeolog Universitas Hasanuddin, Iwan Sumatri menyebutkan bahwa Kerajaan Luwu pernah memainkan peran penting pada periode keemasan kerajaan Majapahit.

 

Karena itu, nama Luwu tercatat dalam Kitab Nagarakartagama yang selesai ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.

 

Diduga, kerjaan Majapahit mengadakan kontak atau hubungan niaga dengan Kedatuan Luwu dikarenakan daerah ini memiliki sumber besi yang berkualitas baik, yang pada saat itu diperlukan oleh karajaan Majapahit untuk produk peralatan senjata dan keris Jawa yang terkenal karena mengandung pamor Luwu.

Tempat yang diduga sebagai sumber bahan mineral adalah daerah Matano dan beberapa daerah di Limbong.

Dalam laporan OXIS project dinyatakan: “The world’s largest nickel-mining complex is located in the southern bank of Lake matano, which has led to speculation that bickellifeous iron ore from the Matano area was smelted to produce the famous pamor Luwu used in Majapahit krisses”.

Sejauh ini, memang belum ada penelitian mendalam terkait dengan keberadaan kampung Matano. Hanya saja pada tahun 1998-1999, beberapa arkelog yang tergabung dalam proyek penelitian The Origin of Complex Society in South Sulawesi (OXIS) kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan Australian National University melakukan penggalian di perbukitan sekitar Desa Matano, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur.

BACA:  Abu al-Qasim al-Zahrawi Sang Penemu Gips Era Islam

Lokasi ini dianggap sebagai zona sumber besi Luwu yang diperdagangkan dengan Majapahit. Beberapa literatur menyebutkan bahwa Kerajaan Luwu pernah memainkan peran penting pada masa keemasan Kerajaan Majapahit pada abad 15-16.

Saat itu Majapahit mengadakan hubungan niaga dengan Kedatuan Luwu karena daerah ini memiliki sumber besi yang berkualitas yang diperlukan oleh Majapahit untuk produk peralatan senjata/keris.

Hasil ekskavasi para arkelog pada saat itu menemukan terak-terak besi yang melimpah, fragmen keramik, gerabah, pipa tanah liat yang diduga digunakan untuk mengalirkan logam yang telah dicairkan.

Temuan tersebut menuntun hipotesa bahwa lokasi tersebut pernah menjadi sentra industri peleburan bijih besi sekurang-kurangnya abad XIV.

Lebih jauh lagi, adanya bekas-bekas pekerjaan besi menggambarkan bahwa telah ada populasi lokal yang memiliki keahlian dalam teknologi logam yang selama beberapa abad pernah menjadi andalan ekonomi Luwu.

BACA:  Khalifah Al-Ma’mun Pelopor Kemajuan Sains Islam

Dari hasil ekskavasi atau penggalian yang dilakukan di sekitar Danau Matano 1998-1999, diketahui lokasi tersebut pernah menjadi sentra industri peleburan bijih besi dengan ditemukannya terak-terak besi yang melimpah. Bijih besinya sendiri antara lain diambil dari bukit-bukit di atasnya.

Hal ini terbukti dengan banyaknya ditemukan lubang-lubang bekas penambangan besi kuno di perbukitan utara Danau Matano (Bukit Latajang).

Maka, menurut teori ini, Luwu mengekspor bahan besi atau bahan pamor (pammoro’) keris untuk majapahit. Pertanyaannya, apakah hanya bahan besi saja atau juga beserta contoh keris pusakanya?

 
 

TOPIK LAINNYA

makam mak lampir asli, ciri-ciri keturunan ki ageng selo, sabdo palon adalah dajjal, harta ratu kidul, ciri-ciri keturunan jaka tingkir, kelemahan nyi blorong, asal usul grandong mak lampir, Habib al huda syekh, Ciri-ciri keturunan Syekh Subakir, ciri ciri keturunan gajah mada

JANGAN LEWATKAN