Sejarah Kerajaan Raja Mandala

 

BILIKMISTERI.WEB.ID – Alkisah dahulu kala setelah Situ Sipatahunan mengering, di Sebelah Barat situ berdiri sebuah Kerajaan “Megamendung” dengan Rajanya Sang Purwakarta bergelar Raja Mandala. Sang Raja mempunyai pramerswari bernama Sang Dewi “Nyimas Plered”. Sang Raja dikaruniai 8 orang putra laki-laki.

Raja Mandala
Raja Mandala

Nama para putra Raja tersebut dinamai dengan sebutan Mandala. Putra sulung bernama Mandalawangi, kedua Mandalagiri, ketiga Mandalacipta, keempat Mandalarsa, kelima Mandalajati, keenam Mandalabraja, ketujuh Mandalaseta, kedelapan Mandaladenta, dan kesembilan Mandalaraga.

 

Sekalipun kerajaan itu terkenal subur makmur gemah ripah lohjinawi, namun Sang Maha Raja tetap saja murung. Pasalnya, beliau menginginkan lahirnya seorang putri sebagai momongan. Kemudian, Sang raja dianjurkan oleh para pendeta untuk bertapa di “Puncak” Gunung di atas kawah “Air Panas”.

 
BACA:  Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sebelum Isra’ Mi’raj

Maka, berangkatlah sang raja bertapa untuk mendapatkan petunjuk Hyang Widi. Akhirnya, permohonan dalam tapanya itu dikabulkan, saat Sang Raja pulang , Sang Dewi “Nyimas Plered” hamil dan melahirkan seorang putri yang cantik jelita.

Putri tersebut diberi nama Dewi Mandalasari. Konon betapa sayangnya Sang raja terhadap putrinya tersebut. Sampai-sampai Beliau melupakan putra-putranya yang lain. Bahkan, urusan pemerintahan dan kepentingan rakyatnya pun diabaikannya. Setiap harinya, Sang Raja hanya bermain dan menimang-nimang putrinya di Kaputren.

Keadaan itu, membuat Sang Dewa murka. Seorang raja tak sepantasnya berlaku demikian. Pemimpin tidak boleh mementingkan kesenangan pribadinya tanpa memperhatikan kepentingan rakyat dan negaranya.

Maka, Sang Dewa menurunkan penyakit kulit yang tiada obatnya. Penyakit kulit itu, mewabah pada hampir seluruh rakyat Megamendung. Selain itu, seluruh wilayah kerajaan mengalami kekurangan air karena kemarau panjang.

BACA:  Fakta Terbaru Mengenai Proses Terbelahnya Laut Merah

Kenyataan demikian, membuat Sang Raja tersadar dari kekhilafannya. Ketika beliau menerima laporan dari para petinggi kerajaan, tampak begitu sedih dan menyesali. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk rakyatnya.

Sang Raja mengutuk dirinya sendiri atas apa yang telah diperbuatnya. Begitu pula pada putra-putranya, Ia minta maaf karena selama ini telah mengabaikannya.

Kemudian Sang Raja mengadakan “Simewaka” semacam sidang para petinggi dan abdi dalem kerajaan. Beliau meminta saran dan pendapat dari para pembantunya dalam mengatasi keadaan “Tigerat” yang melanda negerinya.

Salah seorang pendeta “Mpu Sadang“ menyarankan agar Sang Raja bersemedi di hulu sungai, tempat “cai raat” untuk meminta petunjuk Hyang Widi. Menurut Para Pendeta itu, hanya Sang Rajalah yang akan diterima permohonannya oleh Dewa.

BACA:  Prabu Kian Santang Mendalami Ilmu Tasawuf

Maka, akhirnya usul tersebut disetujui oleh Sang Raja, dengan perasaan berat pada putri kesayangannya, Beliau pun pergi untuk bertapa.

Bersambung

 
 

TOPIK LAINNYA

lebih sakti mana Siliwangi atau angling dharma, ciri ciri keturunan pangeran cakrabuana, kondpirasi indocropcirvle, ciri ciri keturunan genghis khan, Pengapesan buto ijo, Prabu siliwangi vs angling darma, pernikahan bocah angon, ciri-ciri satrio piningit menurut anak indigo, Cara menjadi murid Sang Hyang Nur Cahyaning Nirwana, ciri keturunan batoro katong

JANGAN LEWATKAN