Antara Prabu Brawijaya, Raden Said dan Sabdopalon

 

AWAN TERANG MAJAPAHITPuniko legendo lami saking poro leluhur tanah jawi kabudayaan sapiritual murih siro dadi jalmo tomo yekti luhur bowo leksono ( inilah cerita legenda lama dari leluhur tanah jawi berupa kebudayaan spiritual supaya engkau menjadi orang yang utama berbudi pekerti luhur ). Pertahankanlah Budi Pekerti sebagai jati diri bangsa kita karena sifat inilah warisan leluhur bumi Nuswantoro sejak ribuan tahun yang lampau.

Ketika terkikisnya sifat ini maka dengan takdirnya tanah negri kita ini tak lagi adil, makmur, dan sejahtera.kosong hambar tak termakna bila bumi Nuswantoro ini kehilangan Budi pekerti. Ketahuilah bahwa semua ini memanglah sudah tergambarkan, maknailah Al-Quran nur karim dalam surat (LUQMAN 31 : 6 ) inilah ulah manusia yang mengarang sebuah cerita agar timbul perpecahan.

 

Golongan-golongan aliran, dan yang lebih mengerikan lagi hilang Nya jati diri bangsa dan Negara kita yang dengan susah payah dibangun oleh para leluhur bumi Nuswantoro. Ketahui bahwa semua ini sudah tergambarkan akan bangkitnya suatu kaum yang berBudi pekerti luhur dan saling mencintai terhadap sesamanya yang akan membawa kemaha jayaan Tanah negerinya menjulang tinggi keangkasa mahligai mercusuar umat manusia.

 

Diyakini ataupun tidak sesungguhnya ini pasti terjadi karena kesemuanya itu sudah tertakdirkan untuk Bumi Nuswantoro oleh Allah Tuhan semesta alam dengan bukti kekayaan alam dan hasil bumi yang melimpah ruah.Inilah cerita agar kita mengartikan dan memaknai dalam dongeng LUHUR BOWO LEKSONO MOJOPAHIT II, ambilah makna dan arti dari cerita ini agar semua terang dalam penantian menuju dunia baru.

Alkisah, siang itu disekitar mata air puncak gunung Lawu ada sesosok manusia paruh baya sedang membasuh mukanya dimata air tersebut ialah Prabu Kertabumi atau Parabu Brawijaya V yang di temani oleh abdi setia nya bernama Sabdo Palon dan Nayogenggong ( inilah legenda awal janji yang menjadi harap akan datang kembali ). Tiba-tiba entah dari mana awal tiba langkah itu.

Sang Prabu berkata : “Said untuk apa engkau menghampiri Ku, apakah ada maaf untuk seorang anak merebut tahta Ayah Nya untuk tanah jawa ini demi suatu kepercayaan”.( R. Said atau Kanjeng Sunan Kalijogo ).

Said menjawab dan bersujud : Ampun Gusti Prabu,“Hamba diutus putra Paduka, untuk mencari dan mengucapkan sembah sujud kepada Paduka dimanapun bertemu.

Beliau memohon ampun atas kekhilafannya, sampai lancang merebut tahta Paduka, terlena oleh nafsu yang tidak tahu Tata krama ingin menduduki tahta pemerintah Majapahit, agar disembah rakyat dan abdi kerajaan. Sekarang putra Prabu sangat merasa bersalah sekali.

Adapun sang Prabulah Raja yang Arif Bijaksana yang memberikannya derajat seorang Adipati di Demak, Kini putra Prabu sadar, bahwa Paduka meninggalkan istana tidak tau dimana akan tinggalnya, mengingat betapa besar jasa yang Prabu berikan Pada Den Patah. Karena itu putra Prabu merasa pasti akan mendapat karma dari Tuhan.

Sebab itulah hamba yang lemah tak berdaya ini diutus untuk mencari dimana Prabu berada. Prabu pulanglah ke Majapahit pintanya dan tetap menjadi raja seperti sedia kala, memangku Tahta istana dengan Arif dan Bijaksana, menjadi panutan dan pedoman yang dijunjung tinggi para anak cucu dan para sanak keluarga, dihormati dan dimintai restu keselamatan atas tanah Jawa ini.

Jika Prabu berkenan pulang ke Majapahit, putra Prabu akan menyerahkan tahta kepada Prabu. Putra Prabu akan mengabdikan hidup dan mati untuk Prabu. Itu pun jika Prabu berkenan pulang. Putra Paduka hanya memohon ampunan sudi nya Paduka memberikan ampun atas kekhilafan.

Adapun apabila Prabu tidak berkenan memegang tahta kembali, Prabu ingin tinggal dimana, di gunung mana Prabu ingin tinggal untuk menyepi, putra Prabu memberi kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk Prabu, tetapi mohon agar pusaka Kraton di tanah Jawa diminta dengan tulus agar sesuai dengan tata cara yang ada.

Prabu Brawijaya berkata : “Said Aku telah mendengar seluruh ucapan mu ketahuilah aku tidak tertarik untuk kembali memangku Tahta negeri Majapahit, lihat pada tubuhku Said Aku tak berdaya, bahkan Aku tak sanggup untuk mengembalikan Pemerintahan Majapahit dalam kemakmuran dan kesejahteraan cita leluhur Ku.

Aku telah lengser keprabon terkalahkan oleh usia Ku dan Khusus nya Aku telah dikalahkan oleh putera darah daging Ku , adakah balas jasa oleh nya untuk Ku ataukah ini balasan dari Dewata Yang Maha Suci atas takdir Ku sehingga Negara Ku dibuat hancur berantakan tanpa ada kesalahan, dimana tata cara dan adat manusianya yang kuajarkan dari dia kecil hingga seperti sekarang ini membabi buta lupa akan aturan manusia yang utama. Said pulanglah dan sampaikanlah pada nya akan kata-kata Ku ini”.

Said menjawab : Prabu, mudah-mudahan kemarahan Prabu menjadi pusaka yang dipegang erat, tertanam pada sanubari yang diikat pada relung hati yang dalam, tergapainya cahaya nurbuat yang hening untuk keselamatan putra dan cucu Prabu esok kelak, semua ini sudah terjadi sesuai takdir yang tertulis, hanya permohonan ampun dari Prabu lah yang dimintanya. Akan tetapi hendak pergi kemana Sang Prabu sekarang?

Prabu menjawab : “Aku akan menyebrang ke Klungkung di Bali bertemu dengan Ya’i Dewa Agung dan memberitahukan keadaan Majapahit sekarang ini yang hancur berantakan oleh putra Ku sendiri tanpa dosa dan kesalahan, Aku akan menggalang para raja sekitar Jawa untuk mengambil kembali tahta Majapahit.

Adipati Palembang akan kuberi tahu bahwa kedua anaknya sesampai di tanah Jawa yang aku angkat menjadi Bupati, tidak tahu aturan berani memusuhi Ayah dan Rajanya. Aku akan minta ketulusannya untuk Ku bunuh keduanya sekaligus, sebab durhaka kepada ayah dan Rajanya. Aku juga hendak memberitahu kepada Hong’te di Cina, bahwa putrinya yang menjadi istriku punya anak laki-laki satu, tetapi tidak tahu jalan, berani durhaka kepada ayahanda nya.

Akan kuminta kerelaan cucunya hendak aku bunuh, lalu Aku pinta bala prajurit Cina untuk perang bersama membantuKu. Lalu kuminta datang di negeri Bali. Apabila sudah siap semua prajurit, serta ingat kepada kebaikanku, dan punya belas kasih kepada orang tua ini, pasti akan datang di Bali siap dengan perlengkapan perang.

Aku ajak menyerang tanah Jawa merebut Istanaku. Biarlah terjadi perang besar Ayah melawan Anak. Aku tidak malu, karena aku tidak memulai kejahatan dan meninggalkan tata cara yang mulia ini.”

Said : ( Mendengar rencana itu ia bergegas sujud di hadapan kaki Sang Prabu )“Ampun duh Gusti Prabu! Apabila Prabu tiba di Bali, kemudian mengumpulkan para raja beserta prajuritnya pasti akan terjadi perang besar. Apakah tidak sayang Tanah Jawa hancur lebur.

Sudah dapat dipastikan putra Prabu yang akan celaka dan tewas binasa, kemudian Prabu bertahta kembali menjadi raja di Majapahit, tidak lama kemudian lengser keprabon seperti ucap Prabu pada Hamba tadi. Tahta tanah Jawa lalu diambil oleh bukan darah dari keturunan Prabu. Jika terjadi demikian ibarat harimau berebut bangkai, yang bertempur saling menyerang hingga tewas dan semua daging akan dimakan harimau lainnya.

Prabu Brawijawa berkata : “Ini semua sudah kehendak takdir Dewata Yang Maha Suci. Aku ini raja bintara, menepati sumpah sejati, tidak licik memandang dengan sudut mata, hanya menepati satu yaitu kebenaran, menurut Hukum dan Undang-Undang para leluhur.

Apabila Patah menganggap aku sebagai Ayahnya, lalu ingin menguasai Tanah Jawa, lalu dimintanya dengan tata cara kemanusiaan, sesungguhnya tanah Jawa beserta Istana Ku ini akan kuberikan dengan cara baik pula. Aku sudah tua renta, sudah puas menduduki singgasana raja, menerima menjadi pandhita menyepi mengingat sisa hidup Ku di gunung.

Sedangkan anak Ku Patah menganiaya Aku. Pastilah aku tidak rela menyerahkan Tanah Jawa beserta isinya kepada Dia. Bagaimana pertanggung jawabanku kepada leluhur atas rakyatku di akhir hidup Ku nanti? ( Mendengar kemarahan Sang Prabu yang tak tertahankan lagi, Sunan Kalijaga merasa tidak bisa meredakan lagi, maka kemudian beliau menyembah kaki Sang Prabu sambil menyerahkan kerisnya dengan berkata)

Said menjawab : apabila Sang Prabu tidak bersedia mengikuti saran Hamba, maka Hamba mohon agar dibunuh di tempat ini, karena akan malu mengetahui peristiwa perang besar ini terjadi.

Prabu Brawijaya berkata: “Said! Duduklah dahulu. Kupikirkan baik-baik, kupertimbangkan saranmu, benar dan salahnya, baik dan buruknya, karena aku khawatir apabila kata-katamu itu bohong belaka. Ketahuilah Said, seandai nya Aku pulang ke Majapahit, Patah menghadap kepadaku, mengajar dan menggurui Aku agar ikut dalam keyakinannya karena punya ayah Budha yang keyakinannya berbeda dengan nya.

Lalu Aku menolaknya, dan di kemudian hari karena malunya lupa sehingga Aku ditangkap di siksa, disuruh menunggu pintu belakang bagai budak Istana. Di wajibkan Pagi sore bersujud sembahyang, apabila Aku tidak tahu hukum Tata cara nya kemudian dicuci di kolam digosok dengan rumput yang kering. Coba pikirkan Said apakah Aku tidak tersiksa dengan semua ini, tubuh Ku yang tua ini selalu bersujud lalu direndam dan digosok oleh rumput yang kering.

Said menjawab ( dengan menahan senyumnya ) “Mustahil jika demikian Prabu, hamba yang akan tanggung, hamba yakin tidak akan tega putra Prabu memperlakukan itu terhadap Prabu, hanya masalah keyakinan, terserah kehendak Prabu, karena semua itu adalah Hidayah dari Yang maha Agung, namun lebih baik jika Prabu berkenan mengerjakan syariat rasulullah, mengucapkan Asma Allah dan mengucap kan dua kalimat syahadat.

Akan tetapi jika Paduka tidak berkenan itu tidak masalah, Toh hanya soal keyakinan yang dipertanggung jawab kan oleh kita sendiri. Pedoman kaum muslim itu syahadat, meskipun Sholat sepanjang waktu jika belum paham akan makna syahadat itu juga tetap bukan muslim namanya.”

Prabu Brawijaya bertanya : Apa itu Syahadat dan Sholat Said ? apakah cara melakukan nya sulit …

Said menjawab ( gegas ) : ASYHADUALLA ILLAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMADDAR ROSUULULLAH “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Alloh. Manusia yang mengucapkan dua kalimat syahadat tetapi tidak mengetahui arti dan makna Nya berarti belum dikatakan muslim, mengerti arti berarti juga mengerti isi memahami makna tercermin dari wujud laku kita.

BACA:  Sistem Pemerintahan Kerajaan Mokole di Matano

manusia bersaksi tetapi tidak tahu apa yang dipersaksikan nya berarti dusta, jika mengetahui saksi berarti memahami kejadian asal muasal kejadian, Muhammad bukan wujud raganiah tetapi arti makna kebenaran yang dibawanya itu namanya Qolbu Hak Nur Hidup bersaksi atas kebenaran yang dibawanya.

Prabu Brawijaya bertanya : Apa Qolbu Hak Nur Hidup Said ?

Said menjawab : Qolbu itu hati di dalam hati, Hak berarti milik kita Nur artinya Cahaya Hidup pasti memiliki Ruh yang menjalankan nafas untuk Hidup,Qolbu Hak Nur Hidup Muhammad bukan wujud sewaktu hidupnya di Arab sana, tetapi Cahaya Hidup akan kebenaranNya, memaknai Hati di dalam Hati yaitu mengingat Cipta, Rasa, Karsa, dan Swara bahwa adanya suatu Zat yang menciptakan semua ini sampai dapatnya Hak kita Untuk Hidup mensyukuri nikmat dan karuniaNya dalam prilaku kita.

Cipta akan melahirkan wujud, Rasa akan menghadirkan Iman, Karsa akan membawa Taqwa, dan Swara akan menimbulkan keyakinan ini adalah Ageman ( baju yang kelak akan melahirkan kata Agama ) kita menikmati dan mensyukuri hidup yang telah diberikan oleh Yang maha Agung dengan tingkah dan laku kita yang benar sesuai dengan tata cara kehidupan (Sunan Kalijogo meminta maaf atas kelancangannya menggurui Sang prabu tetapi Prabu Brawijaya terlelap dalam makna apa yang Sunan ucapkan padanya,hingga Sang Prabu memerintahkan sunan terus berkata dan menjelaskannya ) Inilah modal kita hidup untuk mencapai kesempurnaan baik di dunia maupun di kehidupan esok kelak nanti.

Kehidupan adalah bayangan semu, sifat dan tinggkah laku menggambarkan nafas kehidupan yang hembusannya tidak kelihatan tetapi dapat dirasakan begitu pula dengan Yang Maha Agung tidak kelihatan tetapi ada dan dapat dirasakan, dengan Iman yaitu percaya yang akan menimbulkan keyakinan, manusia yang mewujudkan penghidupan adanya zat yang maha Agung sehingga dapat dirasakan adalah Rosul, Tuhan dari segala Tuhan disebut Alloh.

Rosul memberikan tata cara agar kita mengenal dan merasakan adanya Alloh sehingga manusia patuh menjalankan kehidupan dengan kebenaran inilah manusia yang taqwa.

Prabu Brawijaya bertanya : Said bagai mana kita mengenal Alloh ( Inilah saat pertama kali nya Prabu Brawijaya Menyebut nama Alloh yang dibarengi dengan sambutan petir yang menggelora ) dan bagaimana cara menyembahNya ?

Said menjawab ( dengan senyum ) : Tubuh ini sesungguh nya adalah bayangan yang suatu saat akan hancur bersama tanah, yang abadi hanyalah Ruh yang tak memiliki nafsu dari hati dan pikiran karena ruh ini adalah cahaya suci dariNya didalam ruh lah Alloh bersemayam dengan nama-namaNya.

Jika Prabu ingin mengenal Alloh maka kenalilah dahulu 99 nama-namaNya sehingga dapat dirasakan, Nama Alloh dapat dirasakan apabila kita menjadikan Nya wujud dalam laku perbuatan kita maka disitulah ada suatu makna atas jagat kecil ini yaitu Asma wujud sejati, ada nama pasti ada wujud Nya, wujud Alloh akan hadir dan terlihat jika kita semua mahluk di jagat raya ini dilebur menjadi satu maka disitulah wujud Alloh akan hadir.

Prabu.. Alloh memberikan kemudahan dalam kita menyembahNya yaitu dengan mengerjakan Sholat sujud kepadaNya sehingga menambahkan keimanan kita kepada Nya, dan beramal soleh untuk ketaqwaan kita dan inilah modal kita untuk kembali kepadaNya.

Prabu Brawijaya bertanya : Said Aku sudah mendengar penjelasanmu tentang kepercaayaanmu, Akupun juga menyembah kepada Yang satu ialah Yang Maha agung, sikap dan tata cara ku hidup sesuai dengan tuntunan Para Dewa-dewa sehingga aku takut untuk berbuat nista bahkan tata krama dan kasih sayang Aku junjung tinggi disaat Aku menjadi Raja,

Lantas apakah ada yang salah dalam kepercayaan Ku Said dan apakah Alloh akan menghukum Ku sedangkan Aku menjunjung tinggi tata cara kehidupan yaitu kebenaran dan Aku pun juga meyakini adanya Suatu Zat yang menciptakan jagat Raya ini sehingga tidak ada kesombongan dalam diri Ku, Said yang membuat hati Ku terbuka , Aku menyembah dan meyakini Yang Maha Agung tetapi aku tidak mengenal nama-nama Nya, bila Aku tak mengenal Nama-namaNya apakah Aku akan mengetahui WujudNya?

walupun aku mengenal WujudNya, apakah Alloh akan mengenali Aku yang padahal Aku pasti kembali pada sisi Nya jika begitu apakah Aku akan mengetahui jalan untuk Ku Kembali Said.. ( sunan Kalijogo pun tersenyum ) Said untuk suatu kebenaran ini sekarang Aku akan bersaksi akan makna syahadat Mu, dan kepercayaan Mu adalah Kepercayaan Ku apakah yang harus Aku lakukan untuk masuk dalam kepercayaan Mu Said.

( Prabu Brawijaya adalah raja yang sakti mandraguna dan tahu sebelum waktunya masuk kedalam Islam pada hakekatnya adalah hidayah dari Alloh karena yang kita ketahui pengetahuan dia untuk kepercayaannya sudah setingkat Pandhita yang jika dia berkehendak maka raganya akan muksa ,inilah bukti sesungguhnya dia telah mengenal Zat yang menghidupkannya. Setelah itu sunan Kalijogo membimbingnya untuk bersyahadat lalu memotong rambut nya tetapi disini ada keanehan dimana Rambut Sang Prabu tidak dapat dipotong )

Said bertanya : Prabu mohon diminta ke Ikhlasannya lahir dan batin untuk masuk menjadi muslim, karena apabila hanya lahirnya saja, rambut Prabu tidak mempan dipotong. ( Akhirnya dengan keikhlasan yang mantap rambut Prabu Brawijaya dapat dipotong saat itulah hembusan angin tiba-tiba menghempaskan potongan rambut Sang Prabu sehingga rambut tersebut tidak jatuh ke tanah dan tiba-tiba lenyap ditelan bumi. Sabdopalon dan Nayogenggong datang untuk menghampirinya )

Prabu Brawijaya berkata : “Kamu berdua kuberitahu pada hari ini aku meninggalkan kepercayaan Ku yang terdahulu dan menjadi muslim. Aku sudah menyebut nama Alloh yang sejati. Kalau kalian mau ikutlah bersama Ku, kalian berdua kuajak masuk menjadi muslim dan meninggalkan Buddha untuk mengenal nama yang benar.”

Sabdopalon menjawab : “Hamba ini Ratu Dang Hyang yang menjaga tanah Jawa, Siapa yang bertahta menjadi asuhan hamba”. Mulai dari leluhur Prabu dahulu, Shang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang. Hamba mengasuh Raja-raja Jawa. Hamba jika ingin beristirahat hingga 500 tahun lamanya. Selama hamba beristirahat selalu ada peperangan saudara, memusuhi saudaranya sendiri, yang serakah membunuh manusia bangsanya sendiri.

Sampai sekarang umur hamba sudah 2000 lebih 3 tahun dalam mengasuh Raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah kepercayaannya, sejak pertama menempati agama Budha, Baru Prabu yang berani meninggalkan pedoman luhur Tanah Jawa. Iman artinya Percaya. Patuh berarti Taqwa. Kalau mencari untuk namaNya berarti Nafsu, akan membuat celaka musnah Paduka kelak,” Kata Sabdopalon ( yang kemudian disambut halilintar bersahutan ).

Prabu Brawijaya barkata : Aku sudah niat dan sebagai Raja yang bintara pantang untuk aku menarik perkataan Ku kembali, pintaku apakah kalian bersedia menyebut syahadat dan Alloh sejati untuk masuk menjadi muslim ? ( dengan sedih sabdopalon menjawab ),

Sabdopalon menjawab : Prabu masuklah sendiri, sejak awal dibangunnya kehidupan ini hamba sudah meyakini Adanya zat yang menciptakan jagat raya ini, hambapun juga ikut andil dalam menciptakan isinya apakah ada yang salah dalam kepercayaan hamba. Yang dari dahulu hingga sekarang ini hamba menjaga Tanah jawa dengan tata cara kemanusiaan selalu hamba junjung tinggi, bahkan suara hambapun dapat menjadi panutan dan pedoman bagi umat di tanah jawa ini.

Hamba yang menggelar tatanan Raja Jawa sehingga raja dipatuhi ucapannya, dihargai mahligai perwujutan Hyang Maha Agung di dunia, dan dimintai restu keberkahan dan keselamatan untuk tanah Jawa ini, apakah ada yang salah dalam penggelaran ku yang sejak dahulu mengajarkan umat ditanah jawa ini menyembah kepada Zat Yang Agung dan berperilaku budi pekerti, apakah ada yang salah untuk sifat luhur ini yang membuat tanah jawa tenang, tentram, bahkan sejahtera.

Sejak dahulu hamba sudah Tauhid dan dari pertama hamba diciptakan hamba sudah muslim. Dan adakah kata makna lain dari Tauhid dan Muslim, Prabu ingatlah Tanah jawa sudah Tauhid dimana menyembah kepada Yang maha Agung dan patuh kepada tata cara kehidupan sehingga tidak ada perpecahan dan mencelakai terhadap sesamanya.

Dan apakah aku akan mengikuti Bangsa Arab yang tidak tahu tata cara kehidupan manusia dan menyembah bukan kepada Yang Maha Agung yang selalu mendustai utusan yang diutus kepadanya, sedangkan Ia selalu memohon agar diturunkan Utusan Kepadanya setelah turun maka didustainya pula. Apakah aku akan mengikutinya sedangkan Aku lebih murni dahulu mengenal nama-namaNya bahkan Keyakinan dan kepercayaan Ku karena melihat bukti akan perwujudanNya bukan kata nenek moyang ku, karena aku yang pertama menggelar jagat raya ini tetapi Aku bukan lah Yang Maha Agung.

Apakah prabu lupa Adam adalah saudara Ku, Dari Adamlah lahirlah Rosul Dan Dari Ku lah Lahirlah Raja tanah Jawa dan adakah perbedaan untuk keduanya akan pengutusanNya. Coba Prabu pikirkan kata-kataku tadi …!!!

Prabu Brawijaya berkata : Aku hanya ingin kembali kepada Asal, Raga akan hancur bersama Tanah karena ini semua adalah Fana, dan Jiwa akan kembali ke pemilik jiwa …

Sabdopalon menjawab : Prabu butuh petunjuk jalan yang terang inilah jalan yang ditunjukan oleh yang Maha Agung bila tidak Prabu akan tersesat nanti, Jiwa memiliki hati dan pikiran penyeimbangnya adalah nurani sebagai perasa akan kebesaranNya untuk meyakini dan mempercayai keberadaanNya sehingga timbul Iman dan Taqwa kita, inilah wujud Nur raga sejati yang menuangkan dengan perilakunya sesuai tata cara kehidupan inilah sarana persujudan kita untuk menyentuh titik di dalam titik kepada Zat pencipta Alam semesta ini yang akhirnya akan menemukan kepasrahan jati diri kita dalam kematian.

Raga akan lebur bersama hati dan pikiran, Jiwa yang akan abadi bersama nurani yang menunjukkan jalan kepada kita untuk kembali kepada Yang Maha Pencipta, karena jiwa yang ada pada manusia adalah cahaya suci yang diberikan Yang Maha Agung dan akan kembali dalam bentuk yang suci pula inilah asal muasal kejadian bagi manusia yang berfikir agar menemukan jalan yang terang untuk kembali kepadaNya sehingga jiwa dan raganya akan abadi selamanya.

BACA:  Misteri Pak Harto dan Ilmu Lembu Petheng

Prabu Brawijaya berkata : Keyakinan Ku mengikuti kebenaran ???

Sabdopalon menjawab : Inilah petunjuk dari Yang Maha Tahu, keyakinan tidak berdasarkan pengetahuan itu namanya ikut-ikutan. Kebenaran tanpa menyaksikan asal muasal kejadian itu namanya dusta, keyakinan dari nenek moyang kita yang pada dasarnya sudah ada tata caranya kita hanya mengikuti saja tetapi tanpa dasar ilmu akan pemaknaannya tidak ada itu namanya palsu.

Keyakinan berdasarkan pemaknaan dan pengertian untuk diri kita sendiri dan melakukan perbuatan sesuai tata cara kemanusiaan itu namanya petunjuk, bila keyakinan yang dipegangnya merasa paling benar sehingga mengkultuskannya ini namanya merugi. Ingat lah prabu keyakinan akan kebenaran timbul dari hati kita dan hanya untuk diri kita sendiri secara takdirnya akan dinilai oleh manusia pada lainnya inilah yang akan diminta pertanggung jawabanNya.

Prabu Brawijaya berkata : Aku akan meninggalkan raga dengan sempurna …

Sabdopalon menjawab : itu adalah nafsu, manusia lalai akan perbuatan dan janjinya itulah takdir akan penghidupan manusia, ketika kepasrahan akan datangnya kematian sertailah dengan kepercayaan yang mantap kepadaNya dan kepatuhan kita dalam perilaku kemanusiaan. Ini akan membawa kita kedalam kekosongan yang didalamnya terdapat isi dari segala isi,

Janganlah mencari kesempurnaan karena kesempurnaan adalah kekosongan yang sejatinya adalah milik yang Maha Suci, carilah makna dalam hidup dan mengartikannya dalam tingkah laku kita sesuai tata cara kehidupan dan sadarilah bahwa diatas segalanya ada suatu Zat yang Maha Perkasa. Kesempurnaan jadikan wujud dari kelemahan raga ini dihadapanNya dan kepasrahan serta kerelaan untuk bersujud kepadaNya adalah langkah jiwa kembali pada Nya.

Prabu Brawijaya barkata : Aku akan menghilang muksa bersama jiwa dan ragaku kembali kepada Sang Maha Agung …

Sabdopalon menjawab : Ini adalah bukti bahwa Prabu sudah memahami makna dan arti dari kehidupan bahwa manusia adalah perwujudan jagat kecil dari Sang Maha Agung. Menyatunya jiwa raga menjadi satu membentuk suatu kesatuan penghidupan dalam memaknai alam sekitar sehingga atas restuNya menyatu lebur kepada alam yang abadi ini disebut cahya sejati jiwa alam dunia. Ini adalah Syahadat wujud yang persaksianNya sejak asal muasal jagat terbentuk yang terwariskan hanya untuk Tanah Jawa yang sejatinya terlebih dahulu muslim.

Prabu Brawijaya berkata : Aku tidak mempunyai kehendak, tidak mempunyai kuasa untuk memilih terserah takdir kehendak dari Yang Maha Tahu …

Sabdopalon menjawab : Prabu meninggalkan sifat sebagai takdir akan titah yang terpuji membangun Tanah Jawa Yang berbudi luhur, Manusia diberikan hak untuk menolak dan memilih menurut keyakinannya. Manusia hidup akan mati jika seperti ini Prabu akan mencari lagi kemuliaan dalam hidup, sia-sia semuanya nanti …

Prabu Brawijaya berkata : Aku ingin kembali kepadaNya dan masuk kedalam surga …

Sabdopalon berkata : Prabu akan kembali kepada Yang Maha Suci sesungguhnya Jiwa kita ini adalah bagian kecil dari cahaya kesucianNya, yang pada takdirnya akan kembali kepadaNya. Jika Prabu ingin bertujuan masuk ke surga itu sia-sia namanya karena surga adalah janji yang diberikan Yang Maha Agung agar manusia di Arab berbudi pekerti luhur saling mencintai terhadap sesama kaumnya.

Manusia akan menjalan kan tugasnya dengan kemantapan bila berdasarkan imbalan itu namanya celaka disinilah letak keadilan Yang Maha Tahu bahwa Surga tidak ada dalam rukun Iman, Alangkah bijaksananya jika Prabu ingin kembali kepada Yang Maha Agung tetapi bukan ke surga, biarlah surga menjadi janji dalam pembentukannya karena surga bukan tujuan dari Iman kita.

Apakah Prabu tak menyadari sesungguhnya gambaran surga telah wujud di tanah Jawa Ini, tetaplah Prabu menjalanKan hidup sesuai tata cara kehidupan dan bersujudlah menyembah Yang Maha Agung karena ini akan menjauhkan kita dari kenistaan dunia dan menjaga raga dari kotoran dunia. Ketahuilah Jiwa kita akan kembali dengan sendirinya untuk menyatu pada Zat Yang Maha Suci ini sudah tertakdirkan, jiwa akan kembali kepada sang pemberi jiwa yang suci dan jiwa yang ada pada raga kita adalah cahaya sebagian kecil dari kesucianNya.

Yang kotor hanyalah Raga karena memiliki nafsu, walupun Raga ini kotor tetapi jiwa yang didalamnya akan selamanya suci. Inilah gambaran hidup untuk mengenal yang maha Agung wujudNya hanya cahaya sebuah Nama yang dapat menghancurkan jagat raya ini. Akan tetapi jika seluruh Jagat raya kehidupan ini dilebur dan jiwanya berkumpul menjadi satu maka disitulah Wujud asli dari yang Maha Agung akan nampak kelihatan.

Tidak ada satupun makhluk hidup yang melihat cahaya wujudNya ketahuilah bila itu terjadi maka hancurlah jagat raya ini, Prabu peganglah erat kata-kataku ini tetaplah menjunjung tinggi tata cara kehidupan yang berbudi pekerti luhur dan bersujudlah kepada Zat Yang Maha Agung karena ini adalah modal manusia menghadapi kematian dengan kepasrahan agar nampak jalan yang terang untuk kita kembali. Peganglah ini Prabu agar kelak manusia Tanah jawa tidak menyembah zat Yang Maha Agung hanya untuk masuk kedalam surga.

Nayogenggong berkata (agar Prabu Brawijaya sadar bahwa Tanah jawa sejatinya sudah muslim ) : Awal mula kiblat empat, yaitu timur (Wetan) barat (Kulon) selatan(Kidul) dan utara (Lor) adalah demikian. Wetan gambaran wiwitan asal manusia mewujud, kulon gambaran bapa kekelon, kidul gambaran istri didudul di tengah perutnya, lor gambaran lahirnya jabang bayi. Tanggal pertama purnama, tarik sekali tenunan sudah selesai.

Pur artinya jumbuh, na yaitu ana wujud, ma yaitu madep kepada wujud. Jumbuh itu artinya lengkap, serba ada, menguasai alam besar kecil, tanggal manusia, lahir dari ibunya, bersama dengan saudaranya kakang mbarep (kakak tertua) adi ragil (adik terkecil). Kakang mbarep namanya kawah, adi namanya ari-ari. Saudara ghaib yang lahir bersamaan, menjaga hidupnya selama matahari tetap terbit di dunia, berupa cahaya, isinya ingat semuanya. Siang malam jangan khawatir kepada semua rupa, yang ingat semuanya, surup, dan tanggalnya pun sudah jelas, waktu dulu, sekarang atau besok, itu pengetahuan manusia Jawa yang sudah beragama .

Raga itu ibaratkan perahu, sedangkan jiwa adalah orang yang ada di atas perahu tadi, sebagai penunjuk arah. Jika perahunya berjalan salah arah, akhirnya perahu tersesat, manusia sesat. Maka harus bertujuan, searah perahu masih berjalan, jika tidak bertujuan hidupnya, dan matinya tidak akan bisa sampai tujuan, menempati raga kemanusiaannya.

Jika perahu rusak maka akan pisah dengan orangnya. Artinya sukma juga pisah dengan budi luhurnya, itu namanya syahadat, pisahnya raga dengan Gusti. Sah artinya pisah dengan Dzat Yang Maha Agung, jika sudah pisah raga dan jiwa, budi luhur kemudian berganti Asmatullah, nafas terus memuji kepada Gusti. Jika pisah jiwa dan budi, maka manusia harus yang waspada, ingatlah asal-usul pembentukan manusia, dan wajib meminta kepada Yang Maha Agung sebagai baitullah yang baru, yang lebih baik dari yang lama.

Raga manusia itu namanya baitullah itu perahu buatan Allah, terjadi dari sabda kun fayakun maka jadilah cipta, rasa, karsa, dan karya. Jika perahu manusia Jawa bisa berganti baitullah lagi yang lebih baik, perahu orang muslim hidupnya tinggal rasa, perahunya sudah hancur. Jika sukma itu mati di alam dunia kosong, tidak ada manusia. Manusia hidup di dunia dari muda sampai tua.

Meskipun sukma manusia, tetapi jika tekadnya melenceng, matinya tersesat menjadi kuwuk, meskipun sukmanya hewan, tetapi bisa menjelma menjadi manusia. Ketika Batara Wisnu bertahta di Medang Kasapta, binatang hutan dan makhluk halus dicipta menjadi manusia, menjadi rakyat Sang Raja. Ketika Eyang Paduka Prabu Palasara bertahta di Gajahoya, binatang hutan dan makhluk halus juga dicipta menjadi manusia. Maka bau manusia satu dan yang lainnya berbeda-beda, baunya seperti ketika masih menjadi hewan.

Serat Tapak Hyang menyebut Sastrajendra Hayuningrat, terjadi dari sabda kun, dan menyebut jituok artinya hanya puji tok. Dewa yang membuat cahaya bersinar meliputi badan. Cahaya artinya incengan aneng cengelmu. Jiling itu puji eling kepada Gusti. Punuk artinya panakna. Timbangan artinya salang. Pundak itu panduk, hidup di dunia mencari pengetahuan dengan buah kuldi, jika beroleh buah kuldi banyak, beruntungnya kaya daging, apabila beroleh buah pengetahuan banyak, bisa untuk bekal hidup, hidup langgeng yang tidak bisa mati.

Tepak artinya tepa-tapa-nira, Walikat, walikaning urip. Ula-ula, ulatana, laleren gegermu kang nggligir. Sungsum artinya sungsungen. Labung, waktu Dewa menyambung umur, alam manusia itu sambungan, ingat hidup harus ingat mati. Lempeng kiwa tengen artinya tekad yang lahir batin, purwa benar dan salah, baik dan buruk. baittullah artinya lihatlah batin satu, yang lurus kiblatmu, kiblat utara benar satu. Tengen artinya tengenen kang terang, di dunia hanya sekedar memakai raga, tidak membuat tidak memakai.

Kiwa artinya, raga iki isi hawa kekajengan, tidak wenang mengukuhi mati. Demikian itu bunyi serat tadi. Jika Prabu mencela, siapa yang membuat raga? Siapa yang memberi nama? Hanya Yang Satu Swara, jika Prabu mencaci, Prabu tetap kafir celaka mati Prabu, tidak percaya kepada takdir Gusti, dan murtad kepada leluhur Jawa semua, menempel pada besi, kayu batu, menjadi iblis penunggu tanah. Jika Prabu tidak bisa membaca sasmita yang ada di badan manusia, mati Prabu tersesat seperti kuwuk.

Adapun jika bisa membaca sasmita yang ada pada raga tadi dari manusia menjadi manusia. Disebut dalam Serat Anbiya, Kanjeng Nabi Musa waktu dahulu manusia yang mati di kubur, kemudian bangun lagi hidupnya ganti ruh baru menempati raga yang baru inilah makom rosuli rosul.

BACA:  Benarkah Adolf Hitler Mati di Indonesia dan Masuk Islam?

Sabdopalon menambahkan : “Jika Prabu memeluk muslim, manusia Jawa tentu kemudian muslim semua. Badan halus hamba sudah tercakup dan manunggal menjadi tunggal, lahir batin jadi tinggal kehendak hamba saja. Adam atau wujud bisa sama jika saya ingin mewujud itulah wujud hamba yaitu Cahaya Adam, bisa hilang seketika lalu bisa mewujud dan bisa menghilang kembali. Raga hamba ini dari unsur cahaya badan hamba seluruhnya punya nama sendiri-sendiri.

Coba Prabu tunjuk, badan hamba Sabdapalon. Semua sudah jelas, tetapi tidak jelas sampai tidak kelihatan Sabdopalon di hadapan Prabu, tinggal asma meliputi badan karena ada suara, tidak muda tidak tua karena sudah takdirnya, tidak mati tidak hidup inilah hukum kehidupan. Hidupnya tenang dalam matinya inilah kesempurnaan yang matinya menyatu dalam hidupnya langgeng selamanya.”

Prabu Brawijaya betanya : Dimanakah wujud Alloh yang sejati …

Sabdopalon menjawab ( yang berbarengan dengan nayogenggong ) : “ Tidak jauh tidak dekat, Prabu bayanganNya. Prabu wujud sifat suksma Zat Tulloh. Sejati tunggal budi pekerti, Panutan hidup Tanah Jawa, dan Raga Prabu adalah wujud Asma Sang Maha Agung. Semua ini adalah satu dan tidak terpisah, juga tidak berkumpul tetapi saling berkaitan. Prabu itu raja mulia dan bijaksana tentunya tidak akan ada dusta kepada kata-kata hamba ini.”

Prabu Brawijaya berkata : Apakah kalian tidak mau mengikuti Ku masuk menjadi seorang muslim …
Sabdopalon menjawab : ( Sabdopalon berkata dengan sedih ), “Jangan salah mengartikan kepercayaan Prabu, Keyakinan dan kepercayaan sesungguhnya diciptakan satu. Kembalilah kepada dasar asal muasal keyakinan Prabu untuk pindah tidak sebab semuanya sama.

Kenapa Prabu mengucap syahadat tidak bertanya hamba dahulu sedangkan Prabu sudah mengetahui makna dan artinya? Apakah Paduka lupa akan nama hamba, hamba Sabdopalon? Sabdo artinya kata-kata, Palon kayu pengancing kandang. Naya artinya pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi bicara hamba ini suatu kebenaran bisa dijunjung untuk pedoman orang tanah Jawa, langgeng abadi selamanya.”

Prabu Brawijaya berkata : Bagaimana ini Aku sudah mengucapkan kalimat Syahadat sudah disaksikan oleh Said bila Aku menarik ucapanKu kembali, Aku akan mendapatkan malu bisa ditertawakan oleh langit dan bumi ….

Sabdopalon menjawab : Semua sudah terlanjur Prabu jalankan saja sendiri hamba tidak ikut-ikutan

Said berkata : Ampun Prabu, jangan memikirkan yang tidak-tidak, karena menjadi muslim itu sangat mulia. Ini sebagai bukti akan Hidayah yang Prabu peroleh dari Alloh, lihat bagaimana sumber mata air ini, Jika air dari sumber ini bisa berbau wangi, itu pertanda bahwa Sang Prabu sudah mantap masuk kedalam muslim, tetapi apabila baunya tidak wangi, itu pertanda jika Sang Prabu masih berpikir Kepercayaan yang lama.

( Sunan Kalijaga kemudian mengheningkan cipta seketika air sumber menjadi wangi lalu Sunan Kalijaga berkata kepada Sang Prabu ), seperti yang sudah dikatakan bahwa Sang Prabu nyata sudah mantap menjadi muslim, karena air sumber baunya wangi..

Sabdopalon berkata : ( kepada Sang Prabu ), “Itu kesaktian apa? kesaktian kencing hamba kemarin sore dipamerkan kepada hamba. Seperti anak-anak saja, jika hamba melawan kencing hamba sendiri malu namanya. Prabu bisa dijerumuskan bila mempercayainya, hendak menjadi jawan suka menurut dan ikut-ikutan, tanpa guna hamba asuh. Hamba sungguh malu kepada bumi dan langit, malu mengasuh manusia bodoh tidak mengetahui makna kehidupan, hamba hendak mencari asuhan yang satu hati.

Hamba katakan sangat menyesal telah mengasuh Prabu. Jika hamba mau mengeluarkan kesaktian air kencing hamba, kentut hamba sekali bisa menjadi wangi, jika Prabu tidak percaya dan meyakini yang disebut pedoman Jawa bernama Manik Maya itu hamba yang membuat kawah air panas di atas Gunung Mahameru itu semua hamba, Adik Hamba Batara Guru hanya mengizinkan cipta Ku saja.

Ingatlah Prabu pada waktu dahulu tanah Jawa gonjang-ganjing besarnya api di bawah tanah gunung-gunung hamba kentuti puncaknya pun kemudian berlubang, apinya banyak yang keluar maka tanah Jawa kemudian tidak bergoyang karena Ku patok sanggahnya pada gunung Tidar maka timbulah gunung-gunung tinggi puncaknya, keluar apinya serta ada kawahnya, berisi air lahar dan kawah dingin.

Itu hamba yang membuat semua tadi atas kehendak Lata wal Hujwa yang membuat bumi dan langit. Apa cacatnya kepercayaan hamba ini, bahkan manusia di tanah Jawa ini bisa memohon sendiri kepada Yang Maha Kuasa untuk permohonannya.

Sungguh jika sudah berganti menjadi muslim, meninggalkan tata cara lama yang juga mengartikan muslim keturunan Prabu akan celaka, Jawa tinggal Jawan artinya hilang suka ikut bangsa lain dan menurutinya bagai dicucuk hidungnya besok harus diperintah oleh orang Jawa yang mengerti untuk mengembalikan pada tata cara yang murni.

Coba Prabu saksikan bulan depan bulan tidak kelihatan, biji mati tidak tumbuh, ditolak oleh Yang Maha Agung. Walaupun tumbuh hanya kecil saja, hanya untuk makanan burung, padi seperti kerikil, karena semua ini Prabu yang salah hanya menyembah Nama tidak mengetahui hakekat sebenarNya. Prabu saksikan besok tanah Jawa berubah udaranya, tambah panas jarang hujan, berkurang hasil bumi karena keserakahan, banyak manusia suka menipu.

Berani bertindak nista dan suka bersumpah palsu, hujan salah musim, membuat bingung para petani. Sejak hari ini hujan sudah berkurang sebagai hukuman banyak manusia berganti kepercayaan yang pada dasarnya ikut-ikutan saja tidak berdasarkan Hidayah dan tidak mengetahui makna dan arti dari kepercayaan yang dipilihnya.

Besok apabila sudah bertaubat ingat kepada tata cara kemanusiaan yang berbudi pekerti luhur, dan kembali mau makan buah pengetahuan, Yang Maha Agung kemudian memaafkan hujan kembali seperti jaman dahulu hal ini disebut jaman berbangkit. ( Sang Prabu mendengar kata-kata Sabdapalon dalam batin merasa sangat menyesal karena telah memeluk Islam dan meninggalkan agama lama yaitu Budha, Lama beliau tidak berkata.

Kemudian ia menjelaskan bahwa masuk Islam itu karena terpikat kata Istrinya putri Cempa, yang mengatakan bahwa orang muslim itu kelak apabila mati, masuk surga yang melebihi surganya orang kafir ).

Sabdapalon berkata : ( sambil meludah ), “Sejak jaman nenek moyang Prabu bila laki-laki menurut perempuan akan pasti sengsara karena perempuan itu utamanya sebagai pelengkap kehidupan untuk menurunkan turunan kita, tidak berwewenang mengajarkan kehendak.” ( Sabdapalon banyak-banyak mencaci Sang Prabu ). “Kami cela Prabu juga sudah tidak ada gunanya, karena sudah terlanjur tanpa dasar ilmu ukut keyakinan orang, sekarang hanya satu pintaKu, masihkah tetapkah niatMu?

Ingatlah bangsa yang dahulu menyembah berhala pada dasarnya diajarkan oleh Yang Maha Agung berupa kata-kata yang tertuang dalam kalimat sehingga umatnya belajar memaknainya barulah dia mewujudkannya dalam tingkah laku dia yang sesuai dengan tata cara kemanusiaan, akan tetapi tidak untuk tanah Jawa yang dari awal penciptaannya menjunjung tinggi budi pekerti sebagai pedoman tata cara kehidupannya sehingga kehidupan tanah Jawa ini sangatlah tentram dan sejahtera.

Ingatlah ini sebagai pedoman yang dipegang erat agar turunanMu kelak tidak celaka, bahwa tanah Jawa dari zaman nenek moyangMu sudah mengakui adanya Zat yang Maha Agung, dan berpedoman pada budi pekerti luhur sebagai tata caranya, hal ini adalah sumpah Ku kepada Yang Maha Agung atas pembenaran penciptaan engkau kaum manusia untuk menjadikan pemimpin atas mahluk ciptaaNya yang sejatinya menyalahkan Iblis nafsuKu pada asal muasal penciptaanMu yang menyatakan manusia adalah makluk perusak.

Tanah Jawalah yang esok akan menyalahkan pernyataan Iblis bahwa manusia adalah makluk perusak dan Tanah Jawalah yang akan membenarkan bukti bahwa Yang Maha Agung sangatlah benar menciptakan manusia sebagai pemimpin untuk maklukNya. Ingatlah Prabu inilah asal muasal diciptakannya tanah Jawa.

Prabu Brawijaya menjawab : Aku sudah masuk menjadi muslim, sudah disaksikan oleh Said, sudah tidak bisa kembali kepada ajaran lama.

sabdopalon berkata ( berbarengan dengan Nayogenggong berjalan menjauhi Sang Prabu ) : Aku hendak memisahkan diri kepadaMu karena Aku malu mengasuh Raja yang bodoh yang tidak mengetahui dasar ilmu kehidupan dalam kepercayaan. Ini kelak akan menurun kepada anak cucumu yang hanya ikut-ikutan saja, dan berlaga tahu atas ilmu keyakinannya sedangkan tidak mengetahui dasar dan makna akan maksud tujuannya.

Prabu Brawijaya berkata : ( dengan sangat sedihnya mengejar dan ingin memeluk keduanya ) pergi ke mana kalian berdua apakah tidak ada jalan lain untuk semua ini ?

Sabdopalon menjawab : Tidak, hamba pergi tetapi tidak berada di sini, hanya menempati nama yaitu Semar, ( artinya meliputi sekalian wujud ) yang akan kembali 500 tahun lagi dan mengembalikan tanah Jawa pada tatanan awal yaitu budi pekerti, inilah penggelaran akhir dari sebuah cerita Majapahit dua.( yang akhirnya kedua menghilang bagai ditelan bumi )

Prabu Brawijaya : ( Sang Prabu bersumpah sambil meneteskan air mata ), besok apabila ada orang Jawa tua maupun muda, berpengetahuan luas terhadap kehidupan sejagat raya ini, itulah yang akan diasuh Sabdapalon. Orang Jawa akan diajari tahu benar dan salah, dan mengembalikan Jawa yang berbudi pekerti sebagai tata cara kehidupannya. ( kemudian berkata kepada sunan Kalijaga ) Esok negara Blambangan gantilah nama dengan Negara Banyuwangi agar menjadi pertanda kembalinya Sabdapalon ke tanah Jawa membawa asuhannya.

Ketika cerita membuahkan makna dan arti dalam perjalanan kehidupan ini, sesungguhnya ada titik terang dalam mempertahankan budi pekerti yang luhur sebagai jati diri bangsa kita. Alloh lah yang menciptakan alam semesta ini beserta isinya dengan berpasang-pasangan dan maknailah penciptaanya dengan pikiran yang jernih maka disitulah ada makna terpendam untuk menuju dunia baru. Pasangkanlah budi pekerti dengan iman dan taqwa maka disitulah terdapat asma wujud yang pasti, dan membawa kita pada kehidupan yang abadi…

Rahayu…rahayu…

Manunggaling pangreh gaib sami bebasan dewo kang ngejowantah rumeseping tirto pawitro sayekti kang ngrekso badan ingwang ingkang moho luhur.

Peputro wayah poerwonjoto ngaturaken gung panuwun ingkang Agung

Dumateng ngarsanipun Shang Hyang Agung Tunggal Pawenang ….

 
 

TOPIK LAINNYA

ciri-ciri keturunan jaka tingkir, kelemahan nyi blorong, asal usul grandong mak lampir, Habib al huda syekh, Ciri-ciri keturunan Syekh Subakir, ciri ciri keturunan gajah mada, indocropcircle perang dunia 3, Ciri ciri keturunan sunan bayat, penguasa gaib laut aceh, pesugihan anjing

JANGAN LEWATKAN