BILIKMISTERI.WEB.ID – Sumpah Ki semar, Sabdopalon atau Nayagenggong tak berapa lama menjadi kenyataan. Kerajaan islam Demak Bintara tak berusia lama. Kerajaan yang didirikan Raden Patah dengan bantuan para wali hancur berkeping-keping tanpa bisa bangkit lagi. Peperangan dan pemberontakan selalu mengiringi kerajaan-kerajaan nusantara. Penderitaan rakyat nusantara semakin terang benderang seiring dengan kedatangan VOC di tahun 1602.
Dendam kesumat Semar atas kehancuran kerajaan raja-raja Hindu-Budha yang diayominya, menyusup lewat penjajahan Belanda dan Jepang di nusantara. Sejarah perjuangan raja-raja islam nusantara terkesan mentah dan gagal total oleh strategi yang diwahyukan oleh Semar kepada tentara Belanda maupun Jepang.
Perjuangan Sultan Agung, Imam Bonjol, Pattimura, Diponegoro, Cuk Nyak Dien, Sentot Ali Basah, Si Pitung, tak berhasil mengusir penjajah yang menjadi jago Semar membantai jutaan rakyat nusantara. Dan yang nota bane muslim yang mendapat balak dari sumpah Ki Semar. Selain itu, tidak sedikit harta kekayaan rakyat maupun raja-raja nusantara yang dibawa lari oleh bangsa Belanda atas suruhan Ki Semar.
Harta itu berupa emas murni yang dititipkan oleh raja-raja khususnya yang pro atau tunduk kepada Belanda. Raja-raja itu lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk batangan emas di bank sentral milik kerajaan Belanda di Hindia Belanda. Total emas murni milik para raja nusantara yang tergerus lewat Semar Mesem yang berpihak kepada Belanda sejumlah 57.150 ton.
Tak berhenti disitu, akibat sumpah Semar, Soekarno selaku presiden pertama nusantara yang meminta kembali harta kekayaan justru malah digulingkan. Dalam penggulingan itu Semar menggunakan tangan Soeharto. Bahkan tak tanggung-tanggung, Semar meminta bantuan saudaranya Togog dan Betara Guru untuk memindahkan emas dari Negara Belanda ke Jerman kemudian dipindahkan lagi ke Negara Amerika Serikat.
Masih belum puas, Semar juga memberikan ladang emas di Freeport, Papua kepada bangsa momongan Togog, yaitu Amerika Serikat. Emas hitam yang banyak tersebar di nusantara tak ketinggalan juga disodorkan oleh Semar demi memuaskan sakit hatinya pada penduduk nusantara.
Presiden ke 35 AS John Fitzgerald Kennedy yang memberikan harapan kepada ahli waris raja-raja lewat Soekarno bahkan ditembak mati pada November 1963 atas perintah Eyang Semar. Padahal waktu itu telah terjadi penandatanganan perjanjian pengakuan dan pengembalian asset raja nusantara antara Jhon F Kennedy dengan Soekarno untuk mengembalikan emas batangan sebanyak 57.150 ton itu.
Semar menganggap bahwa perjanjian The Green Hilton Agreement merupakan perjanjian paling tolol yang dilakukan pemerintah AS. Karena dalam perjanjian itu AS mengakui asset emas bangsa Indonesia. Sejarah ini berawal ketika 350 tahun Belanda menguasai Jawa dan sebagian besar Indonesia.
Ketika itu para raja dan kalangan bangsawan, khususnya yang pro atau ’tunduk’ kepada Belanda lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk batangan emas di bank sentral milik kerajaan Belanda di Hindia Belanda, The Javache Bank (cikal bakal Bank Indonesia).
Namun secara diam-diam para bankir The Javasche Bank atas instruksi pemerintahnya yang diilhami oleh dendam Semar memboyong seluruh batangan emas milik para nasabahnya (para raja-raja dan bangsawan Nusantara) ke negerinya di Netherlands.
Selain itu, rakyat Belanda dan Eropa pada umumnya mengalami masa pencerahan dalam berbagai bidang ilmu lantaran welas asihnya Semar dan Togog. Berbagai ilmu modern tercipta di belahan Eropa mulai dari penciptaan tehnologi hingga ilmu filsafat berkembang pesat. Semua itu tak lepas dari peran Ki Semar.
Disisi lain, negeri nusantara, mantan kekuasaan Majapahit yang diagungkan Ki Semar semakin terpuruk hingga kini. Semua itu terjadi akibat kemarahan Semar Badranaya yang tidak rela bumi nusantara yang dulu bernama Kerajaan Majapahit tenggelam akibat kedatangan cahaya islam lewat para waliyullah dan para ulama.
Kini, melihat kenyataan hidup rakyat bekas Kerajaan Majapahit, rupanya membuat jiwa welas asih Ki Semar Badranaya tergugah. Sehingga beberapa hari lalu, Semar mendatangi Mbah Abdul Hamid.
Kepada lelaki paruh baya itu, Semar menyatakan hendak membantu memulangkan harta kekayaan raja-raja yang kini menjadi modal kemajuan dan kemakmuran bangsa Eropa dan AS. Ki Semar juga telah menyatakan mengucapkan Dua kalimat Syahadat di depan Mbah Abdul Hamid. Dirinya juga sering melakukan sholat berjamaah bersama Mbah Abdul Hamid.
Lewat Mbah Abdul Hamid, Semar juga mengaku hendak muncul kembali dan menjadi kepala pasukan gaib untuk membersihkan negeri ini dari pemimpin, rakyat yang amoral, juga akan membersihkan para pengkhianat rakyat dan bangsanya. “Sekarang Ki Semar sudah kembali ke pangkuan ibu pertiwi setelah kepergiannya ke Belanda,” kata Mbah Abdul Hamid. “Sekarang ia tinggal di Tanah Merah dekat Alas Purwa, Banyuwangi.
Ki Semar sedang mengumpulkan balatentaranya untuk sebuah operasi gaib yang sedang diembannya. Sunan Lawu pun juga membantu Ki Semar. Bukan hanya Sunan Lawu, semua gaib nusantara bahkan dunia akan bekerja sama membersihkan bumi dari anasir jahat,” kata Mbah Abdul Hamid.
“Sunan Lawu itu adalah seorang pamong yang tinggal di lereng Lawu, saat Prabu Brawijaya menghindari pertempuran dengan Raden Patah, nah Pamong inilah yang mengurusi segala kebutuhan Prabu Brawijaya di Gunung Lawu. Setelah Prabu Brawijaya mangkat, pamong itu dijadikan penguasa gaib Gunung Lawu dengan gelar Sunan Lawu. Jadi Sunan Lawu itu bukan Nayagenggong, Ki Semar atau Sabdopalon,” jelas Mbah Abdul Hamid.
“Sedangkan burung jalak yang sering nampak, dahulunya adalah seorang abdi dari pamong atau Sunan Lawu. Sedangkan wujud Semar itu bukan seperti gambaran di wayang kulit. Semar itu orangnya tegap, tinggi, bokongnya nggak sebesar dalam pewayangan. Hanya mukanya memang mirip dengan yang pernah sampeyan lihat di wayang orang maupun wayang kulit.
Jika tugas yang diemban Ki Semar rampung, negeri nusantara atau Indonesia akan menjadi Negara terbesar dan terkuat di seluruh dunia. Keadilan dan kemakmuran merupakan sebuah kepastian, Eropa akan membayar hutang-hutangnya pada Indonesia.”
“Tehnologi masa depan ada ditangan bangsa ini. Nanti, kita tidak akan memakai listrik sebagai lampu penerangan. Kita akan memakai sejenis batu rubbi yang nyalanya melebihi terangnya lampu itu. Kata Mbah Abdul Hamid sambil menunjuk sebuah lampu neon dirumahnya. Padahal batu itu hanya sebesar ibu jari. Dan batu itu hanya ada di negeri ini, ” terang Mbah Abdul Hamid spiritualis yang sering berinteraksi dengan Ki Semar itu.
TOPIK LAINNYA
bokep pesugihan, Nyi mas layung sari, bilik misteri, bokep ritual pesugihan, bokep genderowo, Ciri-ciri KETURUNAN Serunting Sakti, Tembok antartika menurut Al Quran, sipahit lidah keturunan siliwangi, Cara menjadi murid Sang Hyang Nur Cahyaning Nirwana, kesaktian angling darma vs siliwangi