BILIKMISTERI.WEB.ID – Legenda Mahesa Suro semakin fenomenal belakangan ini. Hal ini terjadi setelah beredarnya kabar heboh tentang munculnya patung arca Lembu Suro dan Mahesa Suro di lereng Gunung Gedang, Kediri.
Cukup sulit melacak dari mana asal usul dan legenda Mahesa Suro ini. Meski sangat erat dikaitkan dengan legenda Gunung Kelud dimana diceritakan bahwa kedua raja sakti dari golongan bukan manusia, Lembu Suro dan Mahesa Suro, terkubur hidup-hidup di dalamnya, namun tidak pernah kita temukan kisah yang mengungkap asal usul mereka berdua.
Selain ditemukan dalam kisah legenda letusan Gunung Kelud, nama Mahesa Suro bisa juga dijumpai dalam kepercayaan masyarakat daerah Bantul, Yogyakarta. Apakah nama Mahesa Suro dalam tradisi masyarakat Bantul ini sama dengan Mahesa Suro yang diceritakan dalam legenda Gunung Kelud, belum ada kepastian sama sekali.
Kemunculan nama Mahesa Suro dalam kepercayaan masyarakat Jawa biasanya terjadi pada peringatan malam 1 Suro. Di malam yang dianggap “penuh kebaikan” itu, sebagian besar anggota masyarakat melakukan ritual dan tradisi.
Tradisi 1 Suro biasanya berupa “laku tapa bisu mubeng beteng”, “lek-lekan” atau begadang semalam suntuk. Begitu pula dengan masyarakat di daerah Kabupaten Bantul. Mereka juga selalu menggelar upacara adat yang disebut “Jumedhuling Mahesa Suro”. Ada juga yang dikenal dengan nama Kirab Tumuruning Maheso Suro.
Ritual mengarah Maheso Suro ini telah dilakukan masyarakat Bantul bertahun-tahun pada setiap malam 1 Muharam atau Tahun Baru Islam. Ritual kirab Maheso Suro ini dilakukan untuk mengenang Maheso Suro yang dipercaya telah mendatangkan kemakmuran warga di pesisir pantai selatan tersebut.
Lalu siapa sebenarnya tokoh Mahesa Suro dalam kepercayaan dan tradisi masyarakat Bantul tersebut? Tiada lain adalah seekor kerbau sakti!
Konon, dahulu kala warga di daerah Bantul dilanda paceklik, tanaman pertanian tidak bisa tumbuh subur. Warga desa selanjutnya memohon doa kepada Tuhan untuk diberikan solusi atas masalah tersebut.
Beberapa waktu kemudian, pada awal Bulan Suro, warga dikejutkan dengan munculnya seekor kerbau gemuk dan kekar berwarna hitam kelam. Kerbau itu oleh perangkat desa kemudian ditangkap dan dipelihara bersama kerbau-kerbau lokal dan diberi nama Mahesa. Karena ditemukan pada malam bulan Suro, maka dinamakan Mahesa Suro.
Kemudian, hal yang aneh terjadi di desa tersebut. Setiap kali kerbau Mahesa Suro itu merusak dan menginjak-injak tanah di sawah ladang yang dilewatinya, tanaman di atas tanah-tanah itu justru tumbuh subur.
Sejak saat itu, kerbau Mahesa Suro selalu digunakan untuk membantu warga mengolah lahan-lahan pertanian mereka. Mereka percaya bahwa Mahesa Suro adalah “kiriman Tuhan” sebagai untuk menyelesaikan masalah mereka.
Mahesa Suro diperlakukan dengan sangat baik dan dirawat secara rutin oleh para petani. Setelah beranak pinak, kerbau Mahesa yang muncul pertama kali di Bulan Suro itu pun tiba-tiba menghilang entah ke mana.
Karena itulah, masyarakat di daerah Bantul selalu mengenang datangnya kerbau hitam yang sangat berjasa itu dengan menggelar ritual Kirab Tumuruning Maheso Suro sejak tahun 1910.
Tradisi mengenang Mahesa Suro mengisahkan peristiwa kerbau misterius yang berjasa tersebut, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Khalik, bahwa masyarakat di wilayah Bantul selalu mendapatkan hasil panen yang melimpah, serta dijauhkan dari bencana dan wabah penyakit yang dapat merusak tanaman mereka.
TOPIK LAINNYA
bokep pesugihan, Nyi mas layung sari, bilik misteri, bokep ritual pesugihan, bokep genderowo, Ciri-ciri KETURUNAN Serunting Sakti, Tembok antartika menurut Al Quran, sipahit lidah keturunan siliwangi, Cara menjadi murid Sang Hyang Nur Cahyaning Nirwana, kesaktian angling darma vs siliwangi